Obstruksi Ileus

Posted by Dedy Saputra Wednesday, June 17, 2009 0 comments
PENDAHULUAN
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah
abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60—70% dari
seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akuta.
Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi/
streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan
operasi obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang
terutama didukung oleh kemajuan di bidang diagnostik kelainan
abdominalis.
Ada 3 hal yang tetap menarik untuk diketahui/diselidiki
tentang obstruksi ileus, ialah :
1. Makin meningkatnya keterdapatan obstruksi ileus.
2. Diagnosa obstruksi ileus sebenarnya mudah dan bersifat
universil; tetapi untuk mengetahui proses patologik yang
sebenarnya di dalam rongga abdomen tetap merupakan hal
yang sulit.
3. Bahaya strangulasi yang amat ditakuti sering tidak disertai
gambaran klinik khas yang dapat mendukungnya.
Untuk dapat melaksanakan penanggulangan penderita obstruksi
ileus dengan cara yang sebaik-baiknya, diperlukan konsultasi
antara disiplin yang bekerja dalam satu tim dengan
tujuan untuk mencapai 4 keuntungan :
1. Bila penderita harus dioperasi, maka operasi dijalankan pada
saat keadaan umum penderita optimal.
2. Dapat mencegah strangulasi yang terlambat.
3. Mencegah laparotomi negatif.
4. Penderita mendapat tindakan operatif yang sesuai dengan
penyebab obstruksinya.
PATOGENESA
Obstruksi ileus merupakan penyumbatan intestinal mekanik
yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau
mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/
penyumbatan lumen usus. Hal tersebut menyebabkan
pasase lumen usus terganggu.
Akan terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas
dan cairan, pada bagian proximal tempat penyumbatan, yang
menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan
terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian
kumulasi cairan dan gas ntakin hertambah yang menyebabkan
distensi usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga
dapat mengenai seluruh panjang usus sehelah proximal
sumbatan.
Sumbatan ini menyebabkan geraKan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sehaliknya juga terjadi
gerakan anti-peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan
kolik abdomen dan muntah-muntah.
Pada obstruksi usus yang lanjut, peristaltik ntudah hilang
oleh karena Binding usus kehilangan (Jaya kontraksinya. Pada
saat ini gambaran kliniknya dapat dikenal dengan :
— gangguan kolik menghilang.
— distensi usus berat.
— gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, serta
dehidrasi berat.
Pada obstruksi usus dengan strangulasi, terjadi keadaan
gangguan pendarahan dinding usus yang menyebabkan nekrosis/
gangguan dinding usus. Bahaya umum dari keadaan ini
adalah sepsis/toxinemia.
DIAGNOSA
Gambaran klinik obstruksi ileus sangat mudah dikenal, tidak
tergantung kepada penyebab obstruksinya. Hanya pada keadaan
strangulasi, nyeri biasanya lebili hebat dan menetap.
Sekali berhadapan dengan kasus obstruksi ileus, timbul
beherapa pertanyaan yang sekaligus diusahakan mendapat
jawabannya :
— Apakah penderita benar obstruksi ileus ?
— Dimana letak obstruksinya ?
— Apa proses patogenesa yang sebenarnya terjadi ?
- Berapa jauh obstruksi ileus telah menyebabkan gangguan
hemeostasis ?
- Apakah sudah terjadi keadaan strangulasi ?
Obstruksi ileus ditandai dengan gambaran klinik, berupa
nyeri abdomen yang bersifat kolik, muntah-muntah dan
obstipasi, distensi intestinalis, dan tidak adanya flatus. Rasa
nyeri perut dirasakan sebagai menusuk-nusuk atau rasa mulas
yang hebat, umumnya nyeri tidak menjalar. Pada saat datang
serangan, biasanya disertai perasaan perut yang melilit dan
terdengar semacam "suara" dari dalam perut.
Bila obstruksi tinggi, muntah hebat bersifat proyektil
dengan cairan muntah yang berwarna kehijauan. Pada obstruksi
rendah, muntah biasanya timbul sesudah distensi usus yang jelas — Antibiotika. Pada umumnya persiapan penderita dapat
sekali. muntah tidak proyektil dan berbaru "feculent", warna
cairan muntah kecoklatan.
Pada penderita yang kurus /sedang dapat ditemukan darm
contour atau darm steifung; biasanya nampak jelas pada saat
penderita mendapat serangan kolik. Pada saat itu, ,dalam
pemeriksaan bising usus dapat didengarkan bising usus yang
kasar dan meninggi (borgorygmi dan metalic sound).
Untuk mengetahui ada tidaknya strangulasi usus, beberapa
gambaran klinik dapat membantu :
• Rasa nyeri abdomen yang hebat, bersifat menetap, makin lama
makin hebat.
• Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan ascites.
• Terdapatnya abdominal tenderness.
• Adanya tanda-tanda yang bersifat umum, demam, dehidrasi
berat, tachycardi, hipotensi atau shock.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Secara klinik obstruksi ileus umumnya mudah ditegakkan.
90% obstruksi ileus ditegakkan secara tepat hanya dengan
berdasarkan gambaran klinisnya saja. Pada foto polos abdomen,
60—70% dapat dilihat adanya peleharan usus dan hanya 40%
dapat ditemukan adanya air-f luid level.
Walaupun pemeriksaan radiologi hanya sebagai pelengkap
saja, pemeriksaan sering diperlukan pada obstruksi ileus yang
sulit atau untuk dapat memperkirakan keadaan obstruksinya
pada masa pra-bedah.
Bcberapa tanda radiologik yang khas untuk obstruksi ileus
adalah :
— Pengumpulan gas dalam lumen usus yang melebar, penebalan
valvulae coniventes yang memberi gambaran fish bone
appearance.
— Pengumpulan cairan. dengan gambaran khas air-fluid level.
Pada obstruksi yang cukup lama, beberapa air fluid level
roemberikan gambaran huruf U terbalik.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan obstruksi ileus sekarang dengan jelas telah
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Hal ini terutama
disebabkan telah dipahaminya dengan tepat patogenesis
penyakit serta perubahan homeostasis sebagai akibat obstruksi
usus.
Pada umumnya penderita mengikuti prosedur penatalaksanaan
dalam aturan yang tetap.
1. Persiapan penderita.
Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan
diagnosa obstruksi ileus secara lengkap dan tepat. Sering
dengan persiapan penderita yang baik, obstruksinya berkurang
atau hilang sama sekali. Persiapan penderita meliputi :
— Dekompressi usus.
— Koreksi elektrolit dan keseimbangan asam basa.
— Atasi dehidrasi.
— Mengatur peristaltik usus yang efisien.
berlangsung selama 4—24 jam sampai saatnya penderita
siap untuk operasi.
2. Operatif.
Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perk':
d :
— Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.
— Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai
akibat obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit.
— Apakah ada risiko strangulasi.
Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada
obstruksi ileus yang ditolong dengan cara operatif pada saat yang
tepat, angka kematiannya adalah 1% pada 24 jam pertama,
sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%.
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang
dikerjakan pada obstruksi ileus.
(a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan
tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari
jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi,
jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
(b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang
"melewati" bagian usus yang tersumbat, misalnya pada
tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
(c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari
tempat obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
(d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat
anastomosis ujung-ujung usus untuk mempertahankan
kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,
invaginasi strangulata, dan sebagainya.
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan
tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri
maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca
sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja,
kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
PASCA BEDAH
Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah
distensi usus yang masih ada. Pada tindakan operatif
dekompressi usus, gas dan cairan yang terkumpul dalam lumen
usus tidak boleh dibersihkan sama sekali oleh karena caftan
tersebut mengandung banyak bahan-bahan digestif yang sangat
diperlukan.
Pasca bedah tidak dapat diharapkan fisiologi usus kembali
normal, walaupun terdengar bising usus. Hal tersebut bukan
berarti peristaltik usus telah berfungsi dengan efisien, sementara
ekskresi meninggi dan absorpsi sama sekali belum baik.
Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan
disertai diare pasca bedah.
Tindakan dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit
serta menjaga keseimbangan asam basa darah dalam batas
normal tetap dilaksanakan pada pasca bedahnya.
Pada obstruksi yang lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi, monitoring pasca bedah yang teliti diperlukan sampai
selama 6 - 7 hari pasca bedah.
Bahaya lain pada masa pasca bedah adalah toksinemia dan
sepsis. Gambaran kliniknya biasanya mulai nampak pada hari ke
4-5 pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan spektrum luas
dan disesuaikan dengan hasil kultur kuman sangatlah penting.

KEPUSTAKAAN
1. Barness JP, Intestinal Obstruction, Current therapy. WD Saunders
Co 1971;308.
2. Edlich RF et al. New Long Intestinal tube for rapid non operative
intubation, a preliminary report.Ach Surg 1967; 95 : 443.
3. Moss G. Post Operative decompression and Feeding. Surg Gynecol/
Obstet 1966; 122 550.
4. Niko Masyuni Manaf. Penanggulangan 60 penderita obstruksi ileus
di RSPAD Gatot Subroto 1979.
5. Wangensteen 01-1. Intestinal Obstruction 3rd .Springfield ,Illinois :
1955; Chap 21 .
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Obstruksi Ileus
Ditulis oleh Dedy Saputra
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://mrd33p.blogspot.com/2009/06/obstruksi-ileus.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 comments:

Post a Comment

Ricky Pratama's Blog support EvaFashionStore.Com - Original design by Bamz | Copyright of Tutorial , Bisnis.