NYERI EPIGASTRIK : Penyebab dan Pengelolaannya

Posted by Dedy Saputra Wednesday, June 17, 2009 0 comments
Sering kita menghadapi penderita yang datang berobat
dengan keluhan nyeri di daerah epigastrium. Bahkan keluhan
semacam ini sering dianggap remeh, karena terlalu banyak
penderita mempunyai keluhan semacam ini, dan selalu dibuat
diagnosa sakit lambung. Penulis berpendapat hal semacam ini
tidak benar, karena banyak organ lain yang dapat memberikan
keluhan di perut atas.
Rasa nyeri di perut atas dapat disebabkan oleh kelainan organ
dalam rongga perut dan organ dalam rongga dada.1,2,3 Organ di
dalam rongga perut yang sering memberikan keluhan nyeri di
perut atas, antara lain penyakit saluran makanan (lambung,
duodenum, usus halus, usus besar), hati,empedu dan salurannya,
pankreas. Sedangkan organ dalam rongga dada yang sering
memberikan keluhan nyeri di perut atas, adalah esofagus,
jantuhg.
ANAMNESA
Rasa nyeri atau rasa tidak enak di epigastrium merupakan
keluhan umum yang sering ditemukan yang disebabkan kelainan
organ di dalam rongga perut. Berdasarkan pengalaman penulis
dari para penderita yang datang berobat di Bagian Penyakit
Dalam RS Hasan Sadikin Bandung lebih kurang 16%
mempunyai keluhan tersebut di atas.
Untuk menentukan diagnosa rasa nyeri atau rasa tidak enak di
epigastrium. harus dilakukan pengambilan anamnesa
yang secermat cermatnyai'3,4 Yang harus ditanyakan ialah
bagaimana sifat nyeri tersebut,
apakah ada rasa pedih, merasa nyeri berdenyut-denyut,
rasa nyeri hebat, dll. Timbulnya rasa pedih yang berhubungan
dengan makanan biasanya disebabkan oleh kelainan lambung
dan duodenum. Rasa nyeri, disertai panas badan yang berdenyut-
denyut disebabkan oleh proses inflamasi dari pankreas,
kandung empedu, hati. Rasa nyeri yang hebat di daerah ulu hati
yang menyebabkan penderita gelisah sekali, dapat disebabkan
perforasi ulkus peptikum, pankreatitis akuta.
Apakah perasaan nyeri tersebut menyebar ke punggung, ke
bahu, atau ke dada. Timbulnya rasa nyeri di daerah epigastrium
yang menyebar ke punggung biasanya disebabkan oleh
kelainan di kandung empedu dan pankreas. Apalagi rasa nyeri
kolik disertai penjalaran ke bahu kanan akan memperkuat
kemungkinannya disebabkan oleh batu kandung empedu. Lain
halnya bila rasa nyeri atau rasa tidak enak di daerah ulu hati,
menjalar ke dada yang dapat mengakibatkan sesak nafas, hal
ini dapat disebabkan oleh kelainan esofagus dan jantung.
Sejak kapan penderita mengeluh rasa nyeri, pedih atau tidak
enak di perut atas? Apakah perasaan tersebut terus menerus,
menetap, hilang timbul, dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Sebagai contoh; rasa nyeri di perut atas yang berat, dirasakan
berkurang pada posisi membungkuk, biasanya disebabkan oleh
kelainan pankreas.
Di samping keluhan nyeri, pedih tidak enak di perut atas,
apakah penderita juga mengeluh mual, muntah, rasa panas
seperti terbakar di perut, perut kembung, nafsu makan berkurang,
sesak nafas. Apakah penderita dapat melakukan defekasi
secara teratur?
Dengan mengambil anamnesa secermat-cermatnya akan
mudah dapat menentukan kelainan salah satu organ yang
memberikan keluhan rasa nyeri, pedih, tidak enak di daerah
epigastrium.
PENYEBAB DAN PENGELOLAAN NYERI EPIGASTRIK
Seperti telah diterangkan di atas- bahwa sebagai penyebab
dari nyeri epigastrik antara lain :
A. Kelainan organ di dalam rongga perut
B. Kelainan organ di dalam rongga dada
Kelainan tersebut di atas diuraikan secara spesifik sebagai
berikut .
A. Kelainan organ di dalam rongga perut
Beberapa organ di dalam rongga perut yang sering memberikan
keluhan nyeri epigastrik antara lain :
1. Kelainan di lambung
2. Kelainan di usus halus, yang tersering adalah; duodenum,
usus buntu
3. Kelainan di hati
4. Kelainan di kandung empedu dan salurannya
5. Kelainan di pankreas
1. Kelainan di lambung
Beberapa kelainan di lambung yang dapat menyebabkan
keluhan nyeri di epigastrium, menurut peneliti di luar negeri
dan pengalaman penulis sendiri, antara lain; gastritis akuta dan
kronika, ulkus di lambung dan kanker lambung.1,2,4
(a)Gastritis akuta.
Keluhan utama dari gastritis akuta, yang sering diajukan
penderita, adalah; rasa pedih, kadang-kadang timbul rasa berdenyut-
denyut di perut atas yang ada hubungan dengan makanan.
Timbulnya keluhan ini mendadak segera setelah makan
makanan/minum minuman yang iritatif/korosif. Keluhan yang
diajukan umumnya berat. Berdasarkan pengalaman penulis
sendiri sejak tahun 1972 s/d 1982, selalu ada penyebab yang
menimbulkan keluhan tersebut, antara lain; sebelumnya terlalu
banyak makan obat cap Macan, Naspro, dan lain-lain obat anti—
panas pada waktu perut kosong, obat atau bahan kimia yang
bersifat asam pekat atau asam kuat. Penulis pernah menemukan
12 kasus dengan gastritis akuta setelah makan sate yang pedas,
kemudian makan durian.
Keluhan tersebut di atas adalah sejalan dengan laporan peneliti
-peneliti di luar negeri yang mengemukakan bahwa penyebab
gastritis akuta yang terbanyak adalah faktor eksogen1,2,5
Pemeriksaan jasmani menunjukkan penderita yang kesakitan
di daerah epigastrium dan nyeri pada perabaan (palpasi) di bawah
prosesus xiphoideus atau perut atas agak ke kiri.
Pengelolaannya : sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit,
dan diberi infus untuk memberikan istirahat lambung yang
sedang sakit. Selama satu dua hari sebaiknya berpuasa, dan
hanya diberikan obat cairan antasida, spasmolitik.Untuk
memastikan diagnosa sebaiknya dilakukan endoskopi, karena
dapat melihat kelainan mukosa lambung dengan pasti. Pemeriksaan
radiologis kurang membantu diagnosa. Penulis pernah
melakukan endoskopi langsung pada kasus dengan esofagogastritis
korosiva, tanpa mengalami kesulitan
(b) Gastritis Kronika
Keluhan yang sering diajukan oleh penderita pada umumnya
bersifat ringan, dan dirasakan sudah berbulan-bulan, bahkan
sudah bertahun-tahun. Pada umumnya mengeluh, rasa tidak enak
di perut atas, lekas kenyang, mual, rasa pedih sebelum atau
sesudah makan, kadang-kadang mulut terasa masam.
Pada pengamatan jasmani: tidak nampak kesakitan, pada
perabaan perut bagian atas kadang-kadang terasa sakit. Berdasarkan
data-data yang dikumpulkan penulis selama tahun 1980 —
1981 di Bagian Penyakit Dalam RS Hasan Sadikin Bandung
insidensi gastritis kronika yang memberikan keluhan
nyeri di perut atas, adalah yang terbanyak yaitu 32%.
Sebagai penyebab yang sering ialah karena kurang teraturnya
waktu makan, faktor psikis, infeksi bakteri, terlalu sering
minum-minuman keras.
Hal ini analog dengan pendapat dari Seward, Gazzard dan
Vilardell yang mengemukakan bahwa keluhan nyeri epigastric
bersifat ringan dan diderita sudah berbulan-bulan atau bertahuntahun1,3,7
Pengelolaan : Untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan
pemeriksaan endoskopi. Pengaturan diit sangat penting.
Dianjurkan kepada penderita untuk makan makanan lembek,
makan sedikit berulang kali, pantang pedas, masam. Mengurangi
merokok. Bila diperlukan memberikan obat sebaiknya diberikan
antasida, tranquilizer, spasmolitik.
(c) Ulkus Ventrikuli (Tukak Lambung)
Ulkus ventrikuli atau tukak lambung, sering juga memberikan
keluhan rasa nyeri di perut atas. Di negara kita insidensi tukak
lambung agak jarang.
Berdasarkan penelitian penulis (1981) selama satu tahun
menemukan 5 kasus tukak lambung dari 18 kasus ulkus peptikuma
Keluhan yang diajukan antara lain, merasa nyeri, pedih di
daerah perut atas disekitar garis mediana agak ke kiri, terutama
timbul beberapa saat (½ — 1 jam) setelah makan. Di samping itu
juga mengeluh rasa panas atau rasa seperti terbakar di ulu hati,
mual, timbul rasa masam di mulut dan sering disusul dengan
ruktus. Penderita dapat menunjukkan tempat rasa nyeri/pedih
yang terberat, yang umumnya di sekitar garis mediana atau agak
ke kiri. Bila penderita dapat muntah, maka biasanya perutnya
dirasa lebih enak, tetapi bila diisi makanan maka rasa nyeri/pedih
dan panas seperti terbakar kambuh lagi. Kadang-kadang disertai
keluhan timbulnya konstipasi, perut kembung, dan berat badan
penderita dirasakan menurun. Keluhan semacam ini dirasakan
sudah berbulan-bulan.
Pada pengamatan jasmani, tampak sakit sedang. Pada perabaan
(palpasi) di perut atas agak ke kiri dari garis mediana terasa
nyeri tekan dan tidak teraba suatu massa.
Sebagai penyebab yang terbanyak ialah faktor makanan,
emosi, stress. Gambaran semacam ini adalah sesuai dengan
laporan Seward , Thomson, Vakil, Langman, dan Byrnes dkki'9-t2
Pengelolaan: Untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan
pemeriksaan radiologik pada lambung clan endoskopi. Bila
hasilnya menunjukkan gambar tukak lambung jinak, sebaiknya
diberikan;
— Diit lunak sedikit berulang kali, pantang pedas, masam,
alkohol, dan dianjurkan berhenti merokok guna mempercepat
kesembuhan.
— Cimetidin tablet (Nulcer, Ulsikur), 3 kali 1 tablet + 2 tablet
tiap malam, atau
— Diberikan antasida 4 kali sehari.
— Spasmolitik kalau perlu sedativa.
(d) Kanker Lambung
Kanker lambung di negara kita agak jarang ditemukan. Berdasarkan
data-data selama dua tahun (dari tahun 1980 s/d
1981), penulis menemukan 7 kasus kanker lambung tingkat
lanjut yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam RS Hasan Sadikin
dan di RS Bormeus Bandung.
Keluhan yang diajukan, antara lain: merasa tidak enak di
perut bagian atas, perut lekas kenyang, perut panas, pedih,
kadang-kadang nyeri seperti dicubit-cubit, regurgitasi. Keluhan
ini dirasakan sudah berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Kemudian disusul nafsu makan menurun, berat badan menurun
Beberapa penderita merasakan adanya benjolan di perut atas,
yang nyeri tekan. Ada di antaranya yang mengeluh waktu
defekasi, bentuk tinjanya lembek hitam pekat, yang menunjukkan
adanya perdarahan. Badan dirasakan bertambah lemah.
Pada pengamatan jasmani: tampak penderita yang kurus,
anemik. Pada perabaan perut atas terasa suatu massa ireguler
yang nyeri tekan. Gejala-gejala tersebut adalah sesuai dengan
laporan Prolla dkk dan Goldsmith yang mengemukakan bahwa
kanker lambung tingkat lanjut memberikan keluhan yang
menyolok. Sedangkan kanker lambung tingkat dini kebanyakan
memberikan keluhan mirip dengan keluhan gastritis kronis atau
tukak lambung13,14
Sebagai penyebab yang sering disebut-sebut antara lain:
perubahan mukosa yang abnormal, karena makanan, faktor
herediter.
Pengelolaan: Untuk menegakkan diagnosa perlu dibuat foto
Rontgen lambung dengan teknik dobel kontras, endoskopi yang
disusul biopsi. Pengobatan satu-satunya hanya pembedahan.

2. Kelainan di Usus Halus
Usus halus yang sering memberikan keluhan nyeri
atau tidak enak di perut atas, adalah: kelainan di duodenum, dan
apendisitis.
(a) Kelainan di Duodenum
Kelainan di duodenum yang sering memberikan keluhan nyeri
perut atas adalah duodenitis dan ulkus duodeni. Keluhan dari
duodenitis pada umumnya adalah rasa pedih, nyeri, panas di
perut atas agak ke kanan. Kadang-kadang mengeluh mual.
Sedangkan keluhan dari ulkus duodeni pada umumnya
timbul rasa nyeri, pedih, rasa terbakar, mual. Keluhan ini terutama
dirasakan 3—4 jam setelah makan dan pada tengah malam
sedang enak-enaknya tidur, sampai terbangun. Rasa nyeri
berpusat di perut atas kanan garis media atau dekat umbilikus.
Untuk mengurangi rasa nyeri, pedih, biasanya penderita minum
susu, atau makan pisang, roti dan lain-lainnya. Jadi rasa nyeri
tersebut dirasakan, terutama pada waktu perut kosong.
Pada pengamatan jasmani; teraba nyeri tekan atau palpasi di
perut kanan atas dekat umbilikus. Gejala-gejala tersebut
diajukan oleh 5 kasus ulkus duodeni yang ditemukan penulis
selama satu tahun (1981), dan sesuai dengan penelitian Langman,
Byrnes, Shay dan Sun8,11,12,15
Pengelolaan: Untuk menegakkan diagnosa sebaiknya dibuat
foto Rontgen dengan teknik dobel kontras, dan endoskopi.
Pemberian diit dan pengobatan adalah sama dengan pada
penderita tukak lambung.
(.b) Perforasi Ulkus Peptikum
Penulis sendiri (1981) menemukan seorang penderita pria
yang mengalami perforasi ulkus duodeni8 Penderita sudah
bertahun-tahun mengeluh ulkus duodeni. Kemudian mendadak
merasa nyeri perut atas yang hebat menjalar ke punggung dan
seluruh perut. Perut menjadi tegang. Kadang-kadang penderita
pingsan, karena serangan nyeri perut yang hebat.
Pada pengamatan jasmani; tampak penderita sakit berat.
Tensi menurun. Perut tampak kembung dan tegang. Nyeri tekan
di daerah tempat perforasi.
Gejala-gejala tersebut di atas, sesuai dengan laporan Haubrich,
Truelove dan Reyner, yang mengemukakan bahwa
keluhan tersebut di atas juga ditemukan pada penderita dengan
perforasi ulkus ventrikuli12,16.
Pengelolaannya: harus segera dilakukan pembedahan.
(c) Apendisitis
Sering penderita apendisitis akuta maupun kronika memberikan
keluhan pertama timbulnya rasa nyeri, pedih di perut
atas atau di sekitar umbilikus. Di samping itu juga mengeluh
nafsu makan menurun, mual, bahkan kadang-kadang disusul
muntah-muntah. Keluhan tersebut untuk apendisitis akuta hanya
dirasakan beberapa jam saja, kemudian disusul rasa nyeri
berdenyut-denyut menetap di perut kanan bawah, Bahkan
keluhan di perut kanan bawah bertambah menyolok sampai
penderita gelisah karena kesakitan. Sedangkan untuk penderita
apendisitis kronika keluhan nyeri perut atas atau sekitar
umbilikus bersamaan timbulnya nyeri perut kanan bawah yang
diderita sudah berbulan-bulan bahkan ada yang sudah bertahuntahun,
sehingga tidak jarang dibuat diagnosa gastritis. Dari hasil
pengamatan penulis selama dua tahun, keluhan nyeri perut atas
tersebut pada penderita dengan apendisitis sekitar 50%, yang
sesuai dengan penelitian Kerr dan Deal18,19
Pada pengamatan jasmani: untuk apendisitis akuta tampak
penderita yang kesakitan, jalannya agak membungkuk ke
depan. Tampak perut agak tegang. Nyeri tekan di perut atas,
tetapi lebih jelas nyeri tekan dan nyeri lepas di perut kanan
bawah. Sedangkan untuk apendisitis kronika tidak nampak
penderita yang kesakitan. Tetapi pada perabaan perut teraba
nyeri tekan di perut atas, dan lebih jelas nyeri tekan dan nyeri
lepas di perut kanan bawah.
Pengelolaannya: perlu dilakukan pembedahan.
3. Kelainan di Hati
Berdasarkan penelitian penulis (1981) kelainan hati
yang memberikan keluhan nyeri perut atau rasa tidak enak di
perut atas, antara lain: hepatitis virus, abses hati, dan kanker
hati. Hal semacam ini, sejalan dengan laporan Sherlock, Koff
dan Galambos, Landa dan Croll20,21,22
(a) Hepatitis Virus
Insidensi hepatitis virus selama 5 tahun berdasar penelitian
penulis yang di rawat di Bagian Penyakit Dalam RS Hasan
Sadikin Bandung antara (1977 — 1981) adalah 22,3% dari
seluruh penderita penyakit hati.
Keluhan yang sering diajukan penderita antara lain; setelah
panas 3—5 hari, nafsu makan menurun, mual, tidak enak atau
rasa nyeri di perut atas kanan, badan lemah, lekas capai,
diketahuinya warna urine kuning tua seperti air teh. Oleh
teman atau saudaranya dikatakan tampak kuning pada mata.
Pada pengamatan jasmani: sklera mata, kulit tampak ikterik,
hati teraba sedikit membesar dan lembek, sedikit nyeri tekan20,21
Pengelolaan: Pemeriksaan laboratorium terhadap tes faal
hati, terutama serum bilirubin, SGOT, SGPT, HBs Ag harus
dilakukan. Penderita harus istirahat mutlak sampai kadar serum
bilirubin dalam batas normal. Pengaturan diit perlu
diperhatikan.
(b) Abses Hati
Di Indonesia insidensi abses hati masih tergolong banyak.
Insidensi abses hati yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam RS
Hasan Sadikin Bandung antara 1977 — 1981 adalah 4,07% dari
seluruh penyakit hati.
Keluhan yang diajukan para penderita antara lain: nyeri perut
atas yang berdenyut-denyut, badan panas. Letak nyeri perut
tersebut tergantung dari letak abses. Letak abses hati yang
terbanyak ialah di hati lobus kanan. Jadi rasa nyeri tersebut
terletak di perut kanan atas. Kalau untuk jalan, untuk
mengurangi rasa nyeri, penderita memegang perut yang sakit
sambil membungkukkan badan ke depan kanan. Lebih kurang
1/7 penderita letak abses hati di lobus kiri. Rasa nyeri berdenyut
-denyut terletak di perut atas. Di samping keluhan tersebut, juga
timbul mual, kadang-kadang sampai muntah, nafsu makan
berkurang. Semua penderita tersebut mempunyai riwayat
penyakit disentri berbulan-bulan atau bertahun-tahun yang tidak
mendapat pengobatan sempurna.
Pada pengamatan jasmani, tampak penderita yang kesakitan.
Kalau jalan membungkuk ke depan kanan sambil memegang
perut yang sakit. Badan teraba panas. Hati membesar dan
membengkak. Pada tempat abses teraba lembek dan nyeri
tekan22 - 24
Pengelolaan: untuk membantu menegakkan diagnosa perlu
dilakukan pemeriksaan foto toraks, tampak diafragma kanan
meninggi. Di samping itu perlu dilakukan; ultrasonografi dan
sintigrafi.
Pengobatan yang perlu diberikan ialah pemberian obat anti
amebika antara lain; emetin, metronidazole, dll. Bila
pengobatan medikamentosa tidak berhasil atau absesnya terlalu
besar, sebaiknya dilakukan aspirasi4,22 -24
(c) Kanker Hati
Insidensi kanker hati primer di Indonesia cukup tinggi.
Berdasarkan penelitian penulis (1975) sebanyak 52,4% penderita
datang berobat dengan keluhan nyeri perut kanan atas atau
di epigastrium, atau di kedua tempat tersebut di atas25
Rasa nyeri tersebut tidak akan berkurang dengan pengobatan
apapun. Sifat nyeri biasanya sebagai nyeri tumpul, terus menerus,
yang makin lama makin bertambah berat, apabila bergerak.
Rasa nyeri tersebut timbul karena pembesaran hati, peregangan
kapsula Glisoni dan adanya rangsangan pada peritoneum. Di
samping keluhan tersebut dirasakan adanya benjolan di perut
atas atau di perut kanan atas. Nafsu makan berkurang, badan
makin lemah dan mengurus.
Pada pengamatan jasmani, tampak penderita yang lemah.
Tampak adanya benjolan di perut atas. Hati teraba membesar,
keras, berbenjol-benjol, tepi hati tumpul. Pada auskultasi di
daerah tumor, kadang-kadang terdengar bising pembuluh darah
(hepatic bruit), dan kadang-kadang terdengar bising gesekan
(friction rub), yang disebabkan oleh perihepatitis.26,27
Pengelolaan: untuk menegakkan diagnosa, selain pengamatan
jasmani, perlu diperiksa serum alfa fetoprotein, sintigrafi,
ultrasonografi, laparoskopi, dan biopsi hati. Pada umumnya
penderita kanker hati yang datang berobat sudah dalam stadium
lanjut, sehingga tidak dapat diobati, baik pengobatan
kemoterapi maupun reseksi sebagian dari hati.
Berdasarkan disertasi penulis (1982), menemukan kanker
hepatoseluler dalam fase dini yang masih dapat dilakukan
pengobatan kemoterapi atau reseksi sebagian dari hati.28 .Setiap
penderita dengan keluhan nyeri perut, riwayat penyakit hati
kronis, pembesaran hati, hendaknya dilakukan pemeriksaan
ultrasonik.21,29
4. Kelainan di Kandung Empedu dan Salurannya
Kandung empedu dan salurannya yang sering memberikan
keluhan nyeri epigastrium antara lain: batu empedu
(kholilitiasis), batu disaluran empedu (kholedokholitiasis) dan
kholesistitis.
Keluhan yang diajukan penderita, antara lain: timbulnya rasa
nyeri hebat seperti diperas-peras di perut kanan atas, menjalar
ke epigastrium, punggung dan bahu kanan. Biasanya timbulnya
rasa nyeri pada tengah malam atau pagi hari. Pada umumnya
rasa nyeri tersebut terjadi setelah penderita makan banyak,
setelah makan makanan berlemak. Di samping rasa nyeri juga
timbul panas, dan rasa mual.
Pada pengamatan jasmani: tampak penderita gelisah, kesakitan
kadang-kadang skiera mata ikterik, nyeri tekan di perut
kanan atas, tanda Murphy positif. Kelainan di kandung empedu
dan salurannya banyak ditemukan pada kaum wanita berusia
lebih dari 40 tahun, multipara, gemuk1,3,20
Pengelolaan: untuk menegakkan diagnosa adanya batu
dikandung empedu dan atau salurannya perlu dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi, radiologik.
Pengobatan pada saat serangan, sebaiknya diberi pethidin
dan atropin. Untuk infeksi (kholesistitis) diberi antibiotik. Dut
pada serangan sebaiknya diberikan cairan infus, diit lunak dan
pantang lemak. Di samping itu, bila sebagai penyebab
kholesistitis adalah batu, maka sebaiknya dilakukan tindakan
pembedahan.
5. Kelainan pada Pankreas
Organ pankreas sering juga memberikan keluhan nyeri
epigastrik, antara lain: pankreatitis baik akuta maupun kronika,
dan kanker pankreas1- 4
(a) Pankreatitis.
Gambaran yang khas dari pankreatitis akuta ialah, rasa nyeri di
epigastrium yang hebat. Sifat nyeri timbulnya mendadak dan
terus menerus, seperti ditusuk-tusuk dan rasa terbakar. Karena
sangat nyeri di perut, penderita menjadi gelisah. Perasaan nyeri
tersebut mulai di epigastrium kemudian menjalar kepunggung.
Beberapa jam kemudian perasaan nyeri tersebut menjalar
keseluruh perut dan perut menjadi tegang.
Timbul rasa mual, kadang-kadang muntah. Sedangkan penderita
pankreatitis kronika juga mengeluh rasa nyeri di perut
bagian atas. Rasa nyeri juga seperti ditusuk-tusuk atau diperasperas,
menjalar kepunggung, disertai mual-mual dan muntah.
Sering penderita mempunyai keluhan semacam yang sifatnya
hilang timbul, sehingga tidak jarang dibuat diagnosa sakit
lambung. Pada pankreatitis kronika tidak ada keluhan rasa
pedih, melainkan disertai tanda-tanda diabetes millitus atau
keluhan steatorrhoe.
Pada pengamatan jasmani: tampak penderita gelisah, kesakitan,
bahkan ada yang menjerit-jerit. Di daerah perut tampak
tegang, nyeri palpatoir di perut atas disekitar umbilikus.
Faktor presipitasi timbulnya pankreatitis adalah sebagai
akibat makan atau minum terlalu banyak pengandung alkohol,
trauma di perut, infeksi bakteria30 -32,
Pengelolaan: untuk menegakkan diagnosa perlu diperiksa
kadar amilase darah dan urine, kadar kalsium. Pemeriksaan
radiologik yang dianjurkan adalah foto polos perut (plain foto
abdomen). Untuk mengobati pankreatitis akuta dianjurkan
diberi infus. Selain daripada itu baik pankreatitis akuta maupun
kronika, diberikan suntikan sulfas atropin atau Primperan dan
pethidin, untuk mengurangi spasme sphincter odii. Obatobatan
lain yang dianjurkan adalah antasida, spasmolitik. Untuk
pankreatitis akuta, menurut Imrie dkk perlu sekali diberi
suntikan Trasylol intravena33
(b) KankerPankreas
Berdasarkan penelitian penulis dari permulaan tahun 1974
sampai pertengah tahun 1979 di Bagian Penyakit Dalam RS
Hasan Sadikin Bandung, telah dirawat 18 kasus dengan
diagnosa karsinoma pankreas Keluhan yang diajukan penderita
adalah timbulnya rasa nyeri di epigastrium, yang dirasakan
seperti ditusuk-tusuk sudah berbulan-bulan. Serangan nyeri
dapat terus menerus atau dapat intermiten. Tetapi perasaan
nyeri tersebut makin lama makin sering yang dirasakan
bertambah berat, dan dirasakan berkurang bila penderita duduk
sambil membungkukkan badan. Nafsu makan berkurang, mual,
berat badan menurun. Untuk karsinoma pankreas di kaput
biasanya disertai keluhan mata dan badan menguning, gatalgatal.
Pada pengamatan jasmani tampak penderita kakhektis,
kesakitan, kadang-kadang anemik, ikterik. Di perut teraba suatu
massa berbenjol-benjol keras, nyeri tekan di perut atas. Posisi
penderita tidur atau duduk membungkukkan badan.
Gambaran tersebut sesuai dengan pendapat Seward, Spiro,
Gazzard, Keynes dan Keith yang mengemukakan bahwa rasa
nyeri berdenyut-denyut menjalar kepunggung, merupakan
keluhan terbanyak sekitar 65%1,2,3,32.
Pengelolaan: untuk menegakkan diagnosa sebaiknya dilakukan
ultrasonografi, duodenografi hipotonik, ERCP.
Pengobatan hanya bersifat simptomatik yaitu sekedar mengurangi
rasa sakit.
B. Kelainan organ di dalam rongga dada
Organ di dalam rongga dada yang sering memberikan
keluhan nyeri atau tidak enak di perut atas, antara lain
1. Kalainan di esofagus
2. Kelainan di jantung
1. Kelainan di esofagus
Berdasarkan pengalaman penulis, selama tahun 1980 -
1981, menemukan 5 kasus kanker esofagus yang dirawat di RS
Borromeus Bandung, dan di Bagian Penyakit Dalam RS Hasan
Sadikin Bandung, dengan keluhan: makanan dirasasan sukar
turun, dan ada disfagi sudah berbulan-bulan. Di samping itu
ada rasa nyeri di perut atas dekat prosesus xiphoideus. Pada
permulaaannya makanan padat yang memberikan keluhan
tersebut dan dirasakan seperti tersangkut di dada, lama-lama
badan bertambah mengurus, dan makin lemah. Keluhan lain
yaitu; timbulnya rasa nyeri di retrosternal. Kadangkadang
timbul muntah darah.
Pada pengamatan jasmani; tampak penderita kurus, enemik,
lemah. Teraba nyeri tekan di perut atas dekat prosesus xiphoideus
atau di xiphisternum.
Kelainan esofagus lain hampir tidak pernah memberikan
keluhan nyeri epigastrik1,2,3.
"Pengelolaan: untuk menegakkan diagnosa perlu diperiksa
radiologik dan endoskopik. Pengobatan satu-satunya hanya
tindakan pembedahan.
2. Kelainan Jantung
Kelainan jantung yang sering memberikan keluhan
nyeri epigastrik adalah infark miokard terutama dinding inferior.
Rasa nyeri ini menjalar ke dada, ke tenggorokan, kemudian
disusul nyeri dada yang hebat seperti ditekan, sehingga
penderita sukar bernafas. Di samping itu juga timbul pegal di
lengan kiri.
Pada pengamatan jasmani; tampak penderita gelisah, sakit
berat, berkeringat dingin kadang-kadang tensi menurun, nadi
ireguler.
Gambaran tersebut sejalan dengan pendapat Seward dan
Friedbergl,35. yang mengemukakan bahwa setiap penderita
berusia lebih dari 40 tahun dengan nyeri perut atas menjalar
kedada, tidak boleh melupakan kemungkinannya serangan
jantung.
Pengelolaan: Penderita harus segera dirawat di rumah sakit.
Untuk menegakkan diagnosa harus diperiksa ECG.Diberi infus
jaga dengan dextrose 5%, diit lunak, sedikit berulang kali
Dalam keadaan kesakitan dapat diberikan pethidin. Penderita
perlu cukup istirahat, oleh karena itu perlu diberi obat penenang.
KEPUSTAKAAN
1. Seward C. Bedside diagnosis. Edinbrugh : Churchil Livingstone Ltd.
1974;100 — 122.
2. Sprio HM. Clinical Gastroenterology. London: Mc Milian Ltd, 1978;
126 — 127.
3. Gazzard BG. Common Symptoms in gastroenterology. Medicine
1980;1—8.
4. Hadi S. Gastoenterologi, Bandung: PT Alumni, 1981; 20 — 22, 76
— 160, 476 — 471, 488 — 505.
5. Schoen AM. Acute Gastritis. In : Gastroenterology Vol I, edBockus HL Philadelphia: WB Saunders Co, 1968; 351—367.
6. Hadi S, Widjojo J, Abdurachman SA. Ascaris found in stomach during
panendoscopy in a patient with hemorrhagic gastritis. Proceedings in
APCDE 1980 Sept., 570—574.
7. Vilardell, Chronic Gastritis. In : Gastroentorology Vol I, ed.Bockus
HL Philadelphia : WB Saunders Co 1968; 368—404.
8. Hadi S. Klasifikasi dan diagnosa klinik Ulkus peptikum. Diajukan
pada Simposium Nasional Ulkus Peptikum. Kongres Perkumpulan
Gastroenterology Indonesia I, Jakarta: 10—12 September 1980.
9. Thomson TY. Advances in Gastroentorology. Practitioner 1972; 209;
489—495.
10. Vakil BJ, Dalai NY. Shah PH, Ahuja N. Medical management of
peptic ulcer disease. Proc 5 th Asian Pasific Congress of Gastorentorolgoy
Singapore:1976; 45—53.
11. Langman M, Williams JA. Peptic ulcer and other disorders of the
stomach. Med Parke 1980 Jan 19—28.
12. Byrnes DJ, Hugh TH. Peptic ulcer and other disorders of the stomach.
Medicine 1982; 1/5 : 575—582.
13. Prolla JC, Kobayashi S, Kirsner B. Gastric Ulcer. Arch Intern Med,
1969; 124 : 238—246.
14. Goldsmith HS, Ghosh BC, Carcinoma of the Stomach. Am J Surg 1970;
120: 317—329.
15. Shay H ,Sun D. Diagnosis of uncomplicated chronic ulcer. In :
Gastroenterology. ed Bockus HL, Philadelphia: WB Saunders 1969; 30. Bank PA. Pankreatitis. Plenum Publ Co 1979; 61—102, 189—205.
466—521.
16. Haubrich WS. Complications of Peptic Ulcer disease. In : Gastroenterology.
ed Bockus HI. Philadelphia: WB Saunders, 1968; 565—
613.
17. Truelove SC, Reyneil PC. Disease of the digestive system. Oxford:
Blackwell Scientific Publications, 1972, 210—223.
18. Kerr JA. Appendicities. The seven anomalies. London: Butterworth Co,
1970; 152—156.
19. Deal DR. Acute appendicitis. In ; Gastroentestinal Disease, ed
Sleisenger, Fordtran. Philadelphia. WB Saunders Co, 1972; 1494—
1499.
20. Sherlock S. Disease of the liver and binary system 6th ed. Oxford :
Blackwell Scientific Publications, 1981; 244—249, 460—467.
21. Koff RS, Galambos J. Viral Hepatitis. In : Diseases of the liver, ed
Schiff. Philadelphia: JB Lippincott Co, 1982; 528—541.
22. Landa L, Croll NA. Amecic liver abscess. In : Diseases of the liver, ed
Schiff. Philadelphia: JP Lippincott Co, 1982; 1240—1243.
23. Monroe LS, Amebiasis. In : Gastroenterology vol. IV, ed Bockus Hl.
Philadelphia: WB Saunders, 1976; 195—219.
24 Abdurachman SA. Hadi S. Some clinical aspects of amoebic liver
abscess. Presented in Sixth Asian Pacific Gastroentorology Congress.
Auckland: 1980 Febr 10—14.
25. Hadi S, Kariadi SH. Karsinoma hati di RS Hasan Sadikin 1972—1974.
Diajukan pada Pertemuan Ilmiah FKUP/RSHS., Januari 1975; 16—
18.
26. Leevy CM. Popper H, Sherlock S. Diseases of the liver and biliary
tract. London; Billing & Sons Ltd 1979; 79—80.
27. Okuda K. Diagnosis of hepatocellular carcinoma. Postgtaduate course
APASL. Hongkong: 1982 February 10:1—11.
28. Hadi S. Konsistensi ketepatan ultrasonografi dibandingkan dengan
sarana diagnostik lain terutama pada kanker hati. Disertasi untuk
memperoleh gelar Doktor di UNPAD 30 Nopember 1982.
29. Ohto M, Kimura K, Shinagawa T et al. Detection of minute hepatocellulare
carcinoma for early diagnosis by real time ultrasonography.
Gastroenterology 1980; 79: 1117.
31. Kariadi SH, Hadi S. Pankreatitis menahun. Diajukan pada Kongres
Nasional Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia I, Jakarta 10—12
Semptember 1981.
32. Keynes WM, Keith RG. The Pancreas. London: William Heinemann
Med Books, 1981; 285—329.
33. Imrie CV. Benyamin S, Ferguson et al. A single centre doubleblind trial
of trasylol therapy in primary acute pancreatitis. Br J Surg 1978; 65:
337—341.
34. Hadi S. Abdurachman SA, Kariadi SH .julianto. Incidence of pancreatic
cancer in Bandung, Indonesia. Presented in 6th Asian Pacific
Congress of Gastroenterology, Auckland: 1980 February 10—14th.
35. Friedberg CK, Acute myocardial infarction. In : Textbook of medicine,
ed Beeson PB, Mc Dermott W Philadelphia: WB Saunders Co, 1978;
690—700.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: NYERI EPIGASTRIK : Penyebab dan Pengelolaannya
Ditulis oleh Dedy Saputra
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://mrd33p.blogspot.com/2009/06/nyeri-epigastrik-penyebab-dan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 comments:

Post a Comment

Ricky Pratama's Blog support EvaFashionStore.Com - Original design by Bamz | Copyright of Tutorial , Bisnis.