Waktu Dan Tempat

Posted by Dedy Saputra Friday, May 22, 2009 0 comments
Ketika Rut dan Naomi telah menjanda, tunawisma, dan kelaparan, mereka mencukupi kebutuhan mereka dengan cara mengumpulkan berkas-berkas jelai dari ladang Boas. Menaati perintah dalam Kitab Ulangan, Boas meninggalkan berkas-berkas jelai di ladangnya dan menyambut para pengumpul berkas-berkas ini dengan berkata "Tuhan Kiranya menyertai kamu."

Apa yang disampaikan dalam perikop ini berkaitan dengan kemurahan? meninggalkan sesuatu bagi orang-orang yang membutuhkan? Aku tidak punya ladang atau kebun anggur, tetapi aku punya kalender(waktu). Dapatkah aku belajar meluangkan waktu untuk menolong mereka yang membutuhkan makanan atau perlindungan atau beberapa pemberian belas kasihan lainnya yang dapat aku tawarkan?

Dengan meluangkan jadwal membuatku bebas dari kekhawatiran di mana seharusnya aku selanjutnya. meluangkan waktu memungkinkan aku untuk di sela bilamana ada seorang teman yang membutuhkan seseorang untuk mendengarkannya atau bila tetangga yang butuh makanan. Dengan menyisakan ruang dalam jadwalku, hal itu memberiku waktu untuk melambat dan memikirkan orang lain dan anugrerah Allah serta cara-cara menyampaikan anugerah itu.

Baca Selengkapnya ....

Cara Sembunyikan IP Anda

Posted by Dedy Saputra 0 comments
Hi semuanya ....salam sukses.....
Berhubung hari-hari ini hidup itu semakin sulit aja....habis makin banyak aja yang membenci indonesia, contohnya aja CIAO yang sudah nggak nerima lagi warga NI, hikshiks...padahal rakyat indonesia bisa mendapatkan dolar yang banyak dari CIAO...perbulan kita bisa dapet $80-150 coy...lumayan kan buat biaya hidup 2 bulan...hhiiihihi....bagi temen-temen yang belum tau apa itu CIAO klik disini ...untuk itulah aku nulis ni artikel untuk melangsungkan hidup...hihihi...kayak orang kehabisan duit aja...ok lanjut aja yach...

Tutorial ini menjelaskan bagaimana kita menyembunyikan ip address kita supaya (banyak manfaatnya) salah satunya untuk login di ciao..hehe...

Pertama pergi ke IPLocate.info anda dan periksa alamat IP atau disini

Maka anda menemukan proxy (alamat IP yang baru akan ditampilkan bila Anda mengunjungi situs web).

Selanjutnya anda harus cari proxi (alamat IP baru) yang cocok buat anda selain dari indonesia tentunya... untuk liat ip klik disini di situ adalah ip berdasarkan negara .
Pilih ip yang anda sukai misalnya dari argentina atau dari negara amerika terserah lo aja lah...
Setelah Anda memilih proxy Anda bisa mulai mengkonfigurasi Anda Firefox( bisa juga di terapkan di browser lainnya seperti opera, chrome, dll)

Berikut adalah langkah-langkah:

  1. Buka Firefox
  2. Pergi ke Tools -> Options ...
    Pilihan"> Pilihan">
  3. Jaringan Pilih tab Pengaturan dan tekan tombol Jaringan Pilih tab Pengaturan dan tekan tombol
  4. Pengaturan sambungan di jendela, periksa konfigurasi proxy Manual: Isi info proxy
  5. setelah itu centang Use this proxy server for all protocols
  6. Tekan Ok, kemudian Ok lagi dan Anda sudah selesai.

Setelah konfigurasi selesai pergi ke IPLocate.info dan periksa alamat IP baru. Sekarang anda dapat melihat secara anonim menggunakan Firefox .


Baca Selengkapnya ....

Demam Tifoid

Posted by Dedy Saputra Thursday, May 21, 2009 0 comments

Mutiara Diagnosis Demam Tifoid
Oleh : Dito Anurogo, S. Ked.

05-Sep-2008, 20:14:39 WIB - [www.kabarindonesia.com]

Sinonim
Beberapa sebutan lain untuk demam tifoid adalah:
1.
Typhoid fever
2.
Typhus abdominalis
3.
Enteric fever
4.
Typhoid
5. Demam paratifoid (sedikit lebih ringan daripada demam tifoid)

Definisi
1. Penyakit infeksi akut pada usus halus (
ileum) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.

2.
Serious infection marked by intestinal inflammation and ulceration, caused by Salmonella typhosa ingested with food or water.

Penyebab
1. Salmonella typhosa/Eberthella typhosa
2. Salmonella choleraesius
3. Salmonella enteritidis


Identifikasi
Salmonella typhosa:
1. Kuman gram negatif
2. Motile (bergerak)
3. Tidak menghasilkan spora
4. Memiliki tiga macam antigen:
a. Antigen O
(=
Ohne Hauch) Merupakan antigen somatik, tidak menyebar.
b. Antigen H
Hauch (menyebar), terdapat pada flagel,
bersifat termolabil (tidak tahan trhadap perubahan suhu).
c. Antigen V1
(= kapsul) Merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman
dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.

Manifestasi Klinis
* Masa inkubasi: 10-14 hari.
* Penderita <> 5 tahun:
a. Demam selama satu minggu atau lebih, terutama sore atau
malam hari.
b. Lidah tifoid (tremor, di bagian tengah kotor, di bagian tepi
hiperemis/memerah, lidah tampak kering; dilapisi selaput tebal)
c. Pembesaran limpa/lien (splenomegali), pembesaran hati/liver
(hepatomegali). Hepatomegali lebih sering dijumpai daripada
splenomegali.
d. Nyeri tekan/spontan di daerah
McBurney (di perut kanan
bawah), sedangkan di sisi kiri normal/kurang nyeri.
e. Meteorismus (kembung; terdapatnya gas di perut dan usus)
f. Dapat disertai diare atau konstipasi (sembelit).
g. Dapat disertai batuk-batuk,
anorexia (selera makan
menurun/menghilang),
lethargy (sensasi mengantuk yang
hebat),
delirium (mengigau), nyeri kepala, nyeri perut.
h. Dapat disertai penurunan kualitas/fungsi pendengaran
(agak tuli).
i. Bila berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang,
dan ikterus.

Epidemiologi
* Usia penderita di Indonesia (daerah endemis) antara 3-19 tahun (prevalensi 91% kasus).
* Kejadian demam tifoid meningkat terutama pada musim hujan. Di negara dengan empat musim, insiden demam tifoid meningkat terutama pada musim panas.

Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Widal (Uji serologi Widal)
Dasar tes Widal: reaksi aglutinasi antara antigen
Salmonella typhi dan antibodi yang terdapat di dalam serum penderita.

Di Indonesia, pengambilan angka titer O aglutinin lebih dari atau sama dengan 1/40 dengan memakai uji Widal slide agglutination menunjukkan nilai ramal positif 96%. Artinya bila hasil tes positif, 96% kasus benar terkena demam tifoid.

Menurut Poorwo Soedarmo, dkk. (2008) dan Mubin (2008), bila titer O aglutinin sekali periksa lebih dari atau sama dengan 1/200 sekali periksa atau pada titer sepasang terjadi kenaikan 4 kali (dalam satu minggu), maka diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan.

2. Pemeriksaan Laboratorium
* Terdapat gambaran darah tepi:
anemia normokrom normositer, trombositopeni, limfositosis
relatif, leukopenia (tidak selalu ditemukan), aneosinofilia.
* LED (laju endap darah) meningkat.
* Gambaran sumsum tulang: normoseluler, eritroid dan mieloid
sistem normal, jumlah megakariosit dalam batas normal.

3. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto
thorax
Jika diduga terjadi komplikasi pneumonia.
b. Foto abdomen
Jika diduga terjadi komplikasi intraintestinal seperti:
perforasi usus, perdarahan saluran pencernaan.


Penatalaksanaan
A. Medikamentosa
A.1. Pilihan antibiotik yang dapat digunakan:
a. Kloramfenikol (
drug of choice) 50-100 mg/kg berat badan/hari, oral atau intravena, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari.

b. Amoksisilin 100 mg/kg berat badan/hari, oral atau intravena, selama 10 hari.

c. Kotrimoksasol 6 mg/kg berat badan/hari, oral, selama 10 hari.

d. Seftriakson 80 mg/kg berat badan/hari, intravena atau intramuskuler, sekali sehari, 5 hari.

e. Sefiksim 10 mg/kg berat badan/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis, selama 10 hari.

A.2. Antipiretik
Diberikan bila demam > 39ºC. Dapat diberikan lebih awal bila ada riwayat kejang demam.

A.3. Kortikosteroid
Diberikan pada kasus berat yang disertai gangguan kesadaran. Deksametason 1-3 mg/kg berat badan/hari, intravena, dibagi 3 dosis, hingga kesadaran membaik.

A.4. Pembedahan
Diperlukan bila terjadi perforasi usus.

B. Pencegahan
B.1. Higiene, sanitasi, edukasi.
Mencegah demam tifoid adalah dengan meningkatkan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan seperti: tidak jajan di sembarang tempat, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, pengamanan pembuangan limbah feses (tinja), pemberantasan lalat, penyediaan air minum yang memenuhi syarat, penyuluhan masyarakat.

B.2. Imunisasi
Vaksin yang digunakan adalah:
a. Vaksin yang dibuat dari
Salmonella typhosa yang dimatikan.
Pada pemberian oral, vaksin ini ternyata tidak memberikan
perlindungan yang baik.
b. Vaksin yang dibuat dari strain
Salmonella yang dilemahkan
(Ty21-a). Diberikan secara oral, pada usia > 6 tahun, dengan
interval selang sehari (hari 1, 3, 5), ulangan setiap 3-5 tahun.
Vaksin ini memberikan perlindungan 87-95% selama 1,5 tahun.
c. Vaksin polisakarida kapsular Vi (Typhi Vi).
Vaksin ini disuntikkan sc atau im 0,5 mL dengan booster
(diulang setiap) 2-3 tahun.

Komplikasi/Penyulit
A. Intraintestinal (pada usus halus)
1. Perdarahan saluran pencernaan
2. Perforasi usus
3. Peritonitis

B. Ekstraintestinal (di luar usus halus)
4. Bronkitis
5. Bronkopneumonia
6. Endokarditis
7. Hepatitis tifosa
8. Kolesistitis
9. Meningitis
10. Miokarditis
11. Osteomielitis
12. Pielonefritis
13. Pneumonia
14. Syok septik
15. Tifoid ensefalopati

Diagnosis Banding
Stadium dini:
1. Influenza
2. Gastroenteritis
3. Bronkitis
4. Bronkopneumonia

Stadium lanjut (demam tifoid berat):
5. Demam paratifoid
6. Malaria
7. TBC (Tuberkulosis) milier
8. Meningitis
9. Endokarditis bakterial
10. Sepsis
11. Leukemia
12. Limfoma
13. Penyakit Hodgkin
14. Infeksi Rickettsia (penyebab Q fever)

Problem lain yang perlu dipertimbangkan:
15. Infeksi jamur sistemik
16. Bruselosis
17. Tularemia
18. Shigelosis

Tahukah Anda?
* Kata
typhoid dan typhus berasal dari kata Yunani typhos yang berarti asap/kabut. Pada mulanya, terminologi ini dipakai pada penderita yang mengalami demam disertai kesadaran yang terganggu.

*
Salmonella typhi di dalam air akan mati jika dipanasi setinggi 57ºC dalam beberapa menit atau dengan proses iodinasi/klorinasi.

* Untuk makanan, pemanasan sampai suhu 57ºC beberapa menit secara merata, dapat mematikan kuman
Salmonella typhi.

* Diagnosis pasti demam tifoid ditegakkan melalui isolasi
Salmonella typhi dari darah.

* Trias (suspek/curiga) demam tifoid:
1. Demam step-ladder temperature chart, dengan karakteristik:
a. Naik secara bertahap setiap hari.
b. Mencapai suhu tertinggi pada akhir minggu pertama.
Pada minggu kedua demam terus menerus tinggi.
Pada minggu keempat demam turun perlahan secara lisis,
kecuali jika terjadi fokus infeksi, maka demam
akan menetap.


Baca Selengkapnya ....

Tipes

Posted by Dedy Saputra 0 comments


Salah Kaprah Soal Tipes

Ketika mengalami demam tinggi yang tidak turun beberapa hari, mungkin Anda menebak kena tipes. Masalahnya, masih sering terjadi salah kaprah tentang penyakit tipes. Mulai dari penyebab, obat, bahkan namanya. Akibatnya, penanganan yang dilakukan jadi tak sesuai. Untuk meluruskan hal ini, simak tanya jawab seputar tipes bersama spesialis penyakit tropis, dr. Widayat Djoko, SpPD, KPTI, dari RSCM Jakarta.

MENGAPA TIPES, BUKAN TIFUS?

Tipes atau demam tifoid (typhoid fever) adalah penyakit yang disebabkan bakteri Salmonella tifosa. Penyakit ini bisa menyerang melalui makanan atau minuman yang menyebabkan infeksi usus halus. Lewat peredaran darah, bakteri terbawa sampai di organ tubuh, terutama hati dan limpa, masuk kembali ke dalam peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Akibatnya, usus terluka (tukak) dan menyebabkan perdarahan dan kebocoran usus. Banyak orang menyebut penyakit ini tifus. Padahal, tipes dan tifus adalah dua penyakit berbeda. Tifus adalah infeksi yang ditularkan oleh tikus yang menyebabkan demam dan ruam. Penyebab tifus adalah parasit, bukan bakteri. Agar tidak salah penyebutan lagi, sebaiknya mulai sekarang penyakit tipes kita sebut demam tifoid.

BEDANYA DARI DEMAM BERDARAH?

Demam tinggi pada awal penyakit infeksi sering sulit dibedakan. Mungkin karena demam tifoid, DBD, flu, atau infeksi lain. Untuk itu, jika demam tinggi berhari-hari sebaiknya lakukan tes darah.
Sebagai perbandingan awal, demam DBD umumnya berlangsung sepanjang hari, sedangkan demam tifoid berlangsung cuma sore dan malam hari. Demam tifoid juga menyebabkan nyeri kepala hebat dan biasanya bisa terjadi gangguan kesadaran. Pada DBD terjadi nyeri di ulu hati (termasuk mual pada bagian atas antara pusar dengan ulu hati), sedangkan pada tifoid, perut terasa tidak enak dan mengalami sembelit. Perlu disadari, jika telah didiagnosis DBD dan daya tahan tubuh menurun, Anda juga bisa terkena tifoid, terutama bila Anda tidak menjaga kebersihan makanan.

TERGANTUNG DAYA TAHAN TUBUH

Respons penyakit tergantung dari tiga faktor, yaitu kuman penyebab, daya tahan tubuh, dan lingkungan. Jika daya tahan tubuh menurun, kuman lebih mudah masuk. Jika Anda tinggal di lingkungan yang bisa membuat kuman berkembang biak, ditambah daya tahan tubuh lemah, demam tifoid akan makin cepat muncul.

MENGAPA HARUS MENGONSUMSI MAKANAN LUNAK?

Agar kerja saluran pencernaan tidak terlalu berat. Tidak harus selalu bubur. Daging, telur, ikan, ayam, tahu, tempe, sedikit sayur, dan buah, boleh dikonsumsi. Perbanyak asupan air untuk mencegah dehidrasi akibat demam tinggi dan diare.

BISA KAMBUH?

Bisa. Karena, ada kemungkinan bakterinya belum benar-benar habis tertumpas. Ketika masih ada bakteri dalam tubuh, Anda sudah makan sembarangan lagi dan daya tahan tubuh lemah, bakteri mudah berkembang lagi. Jika sudah sembuh, tiga bulan kemudian Anda dianjurkan melakukan tes urine dan kotoran (feses) untuk mengetahui adakah bakteri yang tertinggal.


Baca Selengkapnya ....

Pemeriksaan Demam Tifoid Terkini

Posted by Dedy Saputra 0 comments

Pemeriksaan Demam Tifoid Terkini

Sebuah perjalanan panjang menuju akurasi Pemeriksaan penunjang Demam Tifoid menuai hasil. Kendati belum sesuai harapan banyak pihak, sebuah inovasi telah lahir dengan hasil cukup memuaskan. Betapa tidak, kesulitan menetapkan diagnosa pasti Demam Tifoid yang selama ini sulit (terlebih di daerah perifer or pinggiran) terjawab sudah. Belum bisa merata memang, namun setidaknya sudah bisa mulai menghentikan pro kontra diagnosa bias tentang ” Gejala Tifus “.

Penulis sangat terlambat ( sekitar 3 tahun sejak diluncurkan) menulis review produk ini, yakni sebuah terobosan pesat pemeriksaan terkini Demam Tifoid. Welcome: TUBEX ® TF.
Produk ini pertama dipublikasikan pertama tahun 1984, kemudian diluncurkan secara komersial tahun 2004. Hingga kini belum banyak layanan kesehatan (RS) yang menggunakan produk ini. Teman-teman dokter spesialis Penyakit Dalam di Surabaya tidak banyak memberikan informasi tentang pemakaian Tubex TF. Bahkan dikatakan bahwa Tubex TF belum dijadikan pemeriksaan standar dalam penunjang penegakan diagnosa Demam Tifoid. Di Samarinda sendiri, hanya sebuah RS Swasta yang menggunakannya. Wajar, mengingat harganya yang cukup mahal dan ada kemungkinan para dokter masih bersikap wait and see.

Kami, pelaksana pengadaan obat dan bahan habis pakai (Koperasi) Puskesmas Rawat Inap Palaran, Samarinda memberanikan diri menggunakannya setelah mempelajari selama kurang lebih 6 bulan. Ehm … mo bergaya doang or arogan ? Bolehlah dianggap begitu, namun kami sudah mempertimbangkannya masak-masak, lagipula kami tidak enggunakan dana negara. Sekali lagi ini dikelola oleh Koperasi (…yang kebetulan penulis sebagai penasehatnya) setelah melalui bincang lama dengan para anggota yang juga paramedis pelaksana harian perawatan.

Apa tidak memberatkan penderita ? Hmmm…pertanyaan yang wajar dan inipula salah satu pertimbangan kami.
Honestly, kami menggunakannya bukan sebagai pemeriksaan rutin, melainkan semacam uji akurasi Tubex TF dikonfirmasi dengan dugaan klinis. Ini penting (menurut kami) agar penggunaan obat lini pertama Demam Tifoid tidak salah sasaran dan pada gilirannya dapat mencegah resistensi antibiotika karena over diagnosis ” Gejala Tifus “. Tentu diagnosa klinis tetap sebagai landasan utama sebelum pemeriksaan dengan Tubex TF.
Nah, mengingat tujuan penggunaan dan harganya yang cukup mahal, maka pemeriksaan Tubex TF hanya digunakan bagi penderita Miskin yang dirawat di Puskesmas rawat Inap Palaran. Koq ? …ya iyalah, kan mereka dibiayai oleh negara, so gak perlu ngeluarin duwit sendiri… betul gak ? …hehehe. Tosss.

So, Tubex TF yang menggunakan metode Inhibition Magnetic Binding Immunoassay (MBI) ini resmi digunakan setelah review singkat kepada para awak Puskesmas Rawat Inap Palaran, Samarinda pada hari Minggu, 23 September 2007.

Sasaran: penderita Warga Miskin (Gakin) dengan dugaan klinis Demam Tifoid pada hari kelima demam.
Metode: diskriptif acak terbatas ( 30 penderita.
Waktu: 23 September 2007-23 September 2008.
Biaya: swakelola.
Harga: 2 juta lebih untuk 30 pemeriksaan
Klaim: 90 ribu per pemeriksaan, sudah termasuk jasa dan biaya bahan habis pakai.


Catatan:

  • Segala sesuatu terkait latar belakang, gambaran singkat Demam Tifoid dan sedikit uraian cara kerja Tubex TF akan ditulis dalam serial selanjutnya.
  • Kendati memakai nama daggang ( Tubex tf), namun kami tidak terikat dengan pihak manapun.

Trims


Baca Selengkapnya ....

PROSES MENUA

Posted by Dedy Saputra 0 comments

Ditulis pada Maret 14, 2008 oleh harnawatiaj

Proses Menua
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh yang berlangsung terus menerus dimulai sejak lahir.
Mitos - Mitos Lan jut dan Kenyataannya
a. Mitos kedamaian dan ketenangan
b. Mitos konservatisme dan kemunduran
c. Mitos berpenyakitan
d. Mitos senilitas
e. Mitos tidak jatuh cinta
f. Mitos aseksualitas
g. Mitos ketidakproduktifan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
a. Hereditas : keturunan
b. Nutrisi : makanan
c. Status kesehatan
d. Lingkungan
e. Stress
Batasan-Batasan Lanjut Usia
f. Menurut WHO
a.1 Usia pertengahan ( middle Age ) : 45-59 tahun
a.2 Lanjut usia ( earderly ) : 60-64 tahun
a.3 Lanjut Usioa Tua ( Old ) : 75-90 tahun
a.4 Usia sangat tua ( Very Old ) : diats 90 tahun
g. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiaty Achmad Muhamad ( Alm ). ( Guru besar FK-UGM )
b.1 Usia lanjut ( senium ): 65 Tahun Keatas
h. Menurut Dra. Ny. Jose Masdani ( Psikologi UI )
c.1 Presenium : Usia 55- 65 tahun
c.2 Senium : 65 tahun – hingga tutup usia
i. Menurut Prof. DR. Koesoemato Setyo Negoro
d.1 Lanjut usia : lebih dari 65 tahun atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 70-75 tahun ( Young Old ), 75-80 tahun ( Old ), lebih dari 80 tahun ( Very old)
j. Menurut UU. No.13 Tahun 1998
e.1 Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ketas
Tinjauan Umum Penyakit
Pengertian
ISPA adalah penyakit infeksi yang mengenai saluran pernafasan atas dan merupakan kondisi umum yang mengenai kebanyakan orang pada waktu tertentu. Beberapa dari kondisis tersebut adalah akut dengan gejala yang berlangsung lama atau terjadi secara berulang. Pasien yang terkena penyakit ini jarang memerlukan perawatan di rumah sakit.
Beberapa penyakit yang termasuk dalam golongan ini adalah Common Cold, Infeksi Herpes Simpleks, Sinusitis Akut maupun Kronis, Rinitis, Faringitis Akut dan kronis, Tonsilitis dan Adenoiditis, Abses Peritonsiler dan laringitis.
Penyebab dan Manifestasi klinik
ISPA disebabakan oleh virus terdiri dari 200 virus yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok utama. dengan gejala umum sakit tenggorok, batuk, kongesti nasal, bersin-bersin, malaise, demam, menggigil dan sakit kepala dan otot. Gejala dapat berlangsung 5 hari sampai 2 minggu.
Patofisiologi
Masuknya kuman / virus kedalam tubuh melalui sistem pernafasan selanjutnya akan terjadi reaksi antigen dan antibody pada salah tempat tertentu disaluran nafas bagian atas, reaksi tersebut berupa reaksi radang, sehingga terkadang bayak sekali di hasilkannya mukus. Dari reaksi radang tersebut akan merangsang interleukin 1 berupa pengeluaran zat pyrogen endogen yang selanjutnya akan merangsang pengeluaran mediator kimia berupa prostaglandin, hal tersebut akan menggeser set point pada hipotalamus posterior yang mengakibatkan tubuh menggigil dan demam, reaksi tersebut disebut dengan common cold. Respon batuk pun akan muncul seiiring dengan terangsangsa villi-villi saluran pernafasan akbat adanya mukus.
Penatalaksanaan
Untuk common cold tidak ada pengobatan secara spesifik, penatalaksanaan pada penderita ISPA hanya bersifat simptomatik seperti pemberian cairan yang adekuat, istirahat, pencegahan menggigil, dekogestal nasal, Vitamin C, Ekspektoran sesuai kebutuhan, Aspirin atau astamenopen, sedangkan antibiotik hanya digunakan sebagai profilaktif untuk mencegah komplikasi lanjut bagi pasien yang berisiko tinggi terhadap kondisi pernafasan, karena antibiotik tidak mempengaruhi virus.
Tinjauan Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Riwayat kesehatan pasien yang lengkap yang menunjukkan kemungkinan tanda dn gejala sakit kepala, sakit tenggorok dan nyeri sekitar mata serta pada kedua sisi hidung, ksulitan menelan, batuk, suara serak, demam , hidung tersumbat dan rasa tidak nyaman umum serta keletihan. Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa yang dapat menghilangkan atau meringankan gejala tersebut dan apa yang memperburuk gejala adalah bagian dari pengkajian, juga mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit yang timbul bersama. Inspeksi menunjukkan pembengkakan, lesi atau asemetris hidung juga perdarahan atau rabas. Mukusa hidung diinspeksi terhadap temuan abnormal seprti warana kemerahan , pembengkakan , eksudat, dan polip hidung yang mungkin terjadi dalam rinithis kronis. Sinus frontal dan maksilaris di palpasi terhadap nyeri tekan yang menunjukkan inflamasi. Tenggorok diamati dengan meminta klien membuka mulutnya lebar-lebar dan nafas dalam. Tonsuil dan faring diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti warna kemerahan, asimetris, darinage, ulserasi dan pembesaran. Trakhea dipalpasi terhadap posisi garis tengah dalam leher, dan setiap massa atau deformitas diidentifikasi. Nodus limfe leher juga dipalpasi terhadap pembesaran dan nyeri tekan.
Diagnosis
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapatr mencakup sebagi berikut :
a. Inefektif bersihan jalan nafas b/d sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi
b. Nyeri yang berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas sekunder akbiat infeksi
c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas sekunder akibat infeksi atau pembengkakan
d. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan sekunder akibat diaforesis yang berkaitan dengan demam.
e. Defisit pengetahuan mengenai pencegahan ISPA ,regimen pengobatan, prosedur khusus atau perawatan pasca operasi.

Perencanaan dan implementasi
Tujuaan utama pasien dapat mencakup pemeliharaan potensi jalan nafas, menghilangkan nyeri, pemeliharaan cara efektik komunikasi, tidak terjadi defisit volume cairan, pengetahuan tentang pencegahan infeksi jalan nafas atas dan tidak terdapat komplikasi.
Intervensi :
h. Pembersihan jalan nafas : penumpukan sekresi dapat menghambat jalan nafas pada banyak pasien dengan ISPA. Perubahan pola pernafasan dan upaya bernafas yang dibutuhkan untuk dapat melewati sumbatan menjadi meningkat. Sekresi yang kental diencerkan atau dijaga agar tetap basah sehingga mudah dikeluarkan dengan meningkatkan masukan cairan, melembabkan lingkungan dengan menggunakan vaporizer ruangan, menghirup uap dan mengatur posisi untuk drainase tergantung letak infeksi.seperti posisi tegak pada rinitis.
i. Tindakan meningkatkan kenyamanan
ISPA biasanya menghasilkan rasa tidak nyaman seperti nyeri dalam area sinus yang menyebabkan sakit kepala, nyeri tenggorok pada tonsilitis , demam, bengkak dan perdarahan. Tindakan yang dap[at dilakukan antara lain : kantung panas untuk kongesti sinusitis sekaligus meningkatkan drainase, kumur air hangat untuk nyeri tenggorok serta istirahat untuk menghilangkan rasa tidak nyaman umum atau demam. Mengajarkan tekhnik higiene umum pada dan hidung untuk membantu menghilangkan rasa tidak nyaman setempat sekaligus pencegahan penyebaran infeksi. Khusus pasien pasca tonsilektomi, pemasangan collar es dapat mengurangi pembengkakan dan perdarahan.
j. Peningkatan komunikasi
ISPA dapat menyebabkan suara serak sampai kehilangan suara. Pasien diinstruksikan agar tidak mencoba berbicara untuk menghindari pembicaraan. Dapat dianjurkan untuk berkomunikasi secara tulisan
k. Memperbanyak masukan cairan
Pada ISPA, kehilangan cairan dapat disebabkan oleh demam, meningkatnya upaya dan frekuensi pernafasan. Anjurkan pasien untuk minum air 2 sampai 3 liter sehari selama serangan kecuali ada kontraindikasi
l. Penyuluhan pasien
Penyuluhan pasien penting dalam mencegah infeksi dan penyebaran ke orang lain dan meminimalkan komplikasi.
· Praktik tindakan kesehatan yang baik ( diet yang bergizi, olahraga dengan cukup, hindari merokok dan masukan alkohol yang berlebihan)
· Sering mencuci tangan
· Tingkatkan kelembaban udara dirumah terutama selama cuaca dingin
· Hindari iritan (debu, bahan kimia, asap rokok)
· Hindari mendinginkan kulit yang tidak perlu. Kedinginan menurunkan daya tahan
· Hindari keramaian selama musim flu
· Lakukan higiene gigi yang adekuat
f. Pemantauan dan penanganan komplikasi Risiko.
Jika gejala memburuk, periksa tanda-tanda vital ( amati lonjakan suhu tubuh, peningkatan frekuensi nadi untuk deteksi sepsis, otitis media, sinusitis). Jika mendapat terapi antibiotik, klien dianjurkan untuk menghabiskan semua yang diresepkan meski gejala telah hilang.


Baca Selengkapnya ....
Ricky Pratama's Blog support EvaFashionStore.Com - Original design by Bamz | Copyright of Tutorial , Bisnis.